Tuliskan Rumus Yang Digunakan Untuk Menghitung Kecepatan Putaran Benda Kerja Pada Proses Pembubutan

Tuliskan Rumus Yang Digunakan Untuk Menghitung Kecepatan Putaran Benda Kerja Pada Proses Pembubutan

Parameter Proses Pembubutan

Putaran benda kerja pada mesin bubut dapat ditunjukkan dengan suatu titik yang berputar dalam satuan waktu,  atau dengan kata lain suatu titik tersebut berputar berapa kali dalam satu menit.

Jumlah putaran benda kerja ini tidak asal hitung dan tergantung suka suka kita, ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam penentuan putaran benda kerja ini, diantaranya adalah jenis material benda kerja, jenis material alat potong dan kecepatan potong dari  material tersebut.

Kecepatan potong merupakan faktor utama dalam menentukan putaran benda kerja. Dengan menggunakan kecepatan potong yang tepat diharapkan alat potong dapat melakukan pemotongan secara terus menerus  pada waktu tertentu tanpa kita harus bolak balik mengasah alat  potongnya.

Kecepatan potong biasanya ditentukan dalam satuan m/ menit. Makin tinggi kecepatan potongnya ( untuk bahan yang sama) maka makin berkurang umur pahatnya; makin rendah kecepatan potongnya maka makin bertambah umurnya tapi makin kasar permukaan benda kerjanya.

Kecepatan Putaran Mesin (Revolution Permenit/ Rpm)

Yang dimaksud kecepatan Putaran Mesin adalah kemampuan kecepatan putaran mesin untuk melakukan pemotongan/ penyayatan dalam satu menit. Mengingat nilai kecepatan potong untuk setiap jenis bahan sudah ditetapkan secara baku, maka komponen yang bisa diatur dalam proses penyayatan adalah putaran mesin/benda kerja. Dengan demikian rumus untuk menghitung putaran adalah:

Karena satuan Cs dalam meter/menit sedangkan satuan diameter pisau/benda kerja dalam millimeter, maka rumus menjadi:

Sebuah baja lunak akan dilakukan proses pengefraisan dengan pisau frais shell endmill cutter berdiameter 50 mm dengan kecepatan potong (Cs) 25 meter/menit. Berapa kecepatan putaran mesinya?

Jadi kecepatan putaran mesinya adalah sebesar 159,235 Rpm

Hasil perhitungan di atas dapat dijadikan sebagai acuan dalam menyetel putaran mesin. ketika dalam menyetel putaran terkadang belum tentu sesuai , maka kita bisa memilih putaran yang mendekati putaran mesin dalam tabelyang nilainya paling dekat .

Kecepatan Pemakanan pada proses pengefraisan ditentukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor. Faktor tersebut diantaranya adalah Kekerasan bahan,

Disamping beberapa pertimbangan, kecepatan pemakanan tinggi pada umumnya digunakan untuk proses pengasaran. Karena pengasaran dengan kecepatan pemakanan tinggi tidak memerlukan hasil permukaan yang halus. ketika pengasaran cenderung yang kita perlukan adalah waktu pengefraisan yang lebih cepat.

Dan barulah pada proses finishing kitua dapat menggunakan kecepatan pemakanan rendah. Tentunya kecepat pemakanan rendah ini bertujuan mendapatkan kualitas permukaan hasil penyayatan yang lebih baik. selain itupun waktu pengefraisan akan lebih cepat.

Besarnya kecepatan pemakanan (F) pada mesin frais ditentukan oleh seberapa besar bergesernya pisau frais (f) dalam satuan mm/putaran dikalikan seberapa besar putaran mesinnya (n) dalam satuan putaran. Maka rumus untuk mencari kecepatan pemakanan adalah :

F = Kecepatan pemakanan

f = Besar pemakanan atau bergesernya pahat (mm/putaran)

n = Putaran mesin (putaran/menit)

Sebuah benda kerja akan difrais dengan putaran mesinnya (n) 560 putaran/menit dan besar pemakanan (f) 0,2 mm/putaran.

Berapa besar kecepatan pemakanannya?

Jadi, pisau bergeser 112 mm selama satu menit

Perhitungan Waktu Pemesinan Frais

a. Waktu Pemesinan Pengefraisan Rata   Pada gambar dibawah ini menunjukkan panjang total pengefraisan (L) adalah panjang pengefraisan rata (l) ditambah start awal pisau (la) dan lepasnya pisau dari benda kerja (lu), atau:

Untuk nilai kecepatan pemakanan (F), dengan berpedoman pada uraian sebelumnya

Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah diuraikan diatas, maka perhitungan waktu pemesinan pengefraisan rata ™ dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan: t = Jumlah mata sayat alat potong f = Pemakanan tiap mata potong n = Rpm L = Jarak tempuh l = Panjang benda kerja la = Kelebihan awal lu = Kelebihan akhir F = Pemakanan setiap menit Contoh Soal: Sebuah benda kerja akan dilakukan proses pengefraisan sepanjang 250 mm dengan pisau frais jari. Data parameternya ditetapkan sebagai berikut:  n = 460 putaran/menit f = 0,13 mm/putaran la = 20 mm lu = 20 mm t = 6 Berapakah waktu yang diperlukan untuk melakukan satu kali pemakanan? Jawab:

Jadi waktu yang dibutuhan adalah selama 1,213 menit.

%PDF-1.6 %âãÏÓ 1 0 obj <> endobj 2 0 obj <

Menghitung Kecepatan pemotongan Pada proses pembubutan

Kecepatan potong merupakan kecepatan tersayatnya benda kerja hingga menghasilkan sayatan logam yang dapat berupa serbuk atau chip. Chip dapat  berupa gulungan yang membentuk lingkaran yang saling menyambung.  Jika gulungan tersebut dipotong sebagian hingga sesuai dengan keliling satu lingkaran penuh dari benda kerja yang telah tersayat maka panjang gulungan yang dihasilkan oleh setiap sayatan pada tiap satuan waktu merupakan kecepatan potong pahat.  Dimana panjang sayatan tersebut adalah п.d (keliling lingkaran dari benda kerja, d adalah diameter benda kerja), p adalah perioda yaitu waktu yang dibutuhkan dalam satu kali sayatan (hubungan antara perioda dan frekwensi adalah 1/p = n, n adalah jumlah dari sayatan setiap waktu atau jumlah dari putaran benda kerja setiap satuan waktu ) sehingga persamaannya menjadi :

Jika satuan n adalah satuan radian permenit (rpm) dan diameter benda dalam satuan mm maka rumus diatas menjadi :

Kecepatan potong ditentukan oleh :

Bahan benda kerja berpengaruh pada harga kecepatan potong semakin keras benda kerja semakin rendah kecepatan potongnya dan berlaku sebaliknya semakin lunak benda kerja semakin besar kecepatan potongnya.

Alat potong yang memiliki kekerasan yang tinggi, maka kecepatan potongnya juga akan semakin besar demikian pula sebaliknya.

Besar asutan adalah besar jarak pemakanan pahat dalam arah longitudinal atau membujur, semakin besar jarak pemakanan dalam arah membujur maka kecepatan  potong akan semakin kecil, dan semakin kecil  jarak pemakanan maka semakin besar kecepatan potongnya.

Kedalaman penyayatan adalah besar jarak pemakan pahat dalam arah melintang, semakin besar jarak pemakanan pahat dalam arah melintang semakin kecil kecepatan potongnya, dan semakin kecil  jarak pemakanan pahat dalam arah melintang semakin besar kecepatan potongnya.

Sebuah benda kerja yang terbuat dari baja karbon dengan diameter & 90 mm akan dibubut sehingga diameternya menjadi & 40 mm. Berapa putaran mesin yang  digunakan  jika pahat terbuat dari HSS dan diinginkan hasil pembubutan yang halus?

Ditanyakan : n (putaran mesin)

Sebuah benda kerja memiliki diameter D = 0,75 inchi, akan dibubut dengan kecepatan potong 100 feet/menit, hitung putaran mesin yang diperlukan!

Rumus Kecepatan Maksimum Gerak Benda Pada Tikungan

%PDF-1.6 %âãÏÓ 248 0 obj <>stream h޼VmoÚHş+û±UEg_ü*U‘Àš¶HrR”,àÄØ–mr¿şfvMx9îÚT§Ã23Ş�ÏŒŸgg¥RŒ3©&B.s>‚dÀ”òP†Ìó“gBÁ„ç¨àƒà¤(ZM¶8âKôå¸L�� z Br‡Ó¡ì.¢¨WzƤ¤×_İßÁXq×I�A'�§Ohn¦ĞÄ1&_¾ÀpÄæqZiTLÀ¸İ<�Œæ&¯…†Ş¦î�ë¸Ö�vşì×v“ù\—:›êêNÂ:KDוLI¨Šxª™ãÀ4_­bX¾K�A¡Ë$Ÿ1'€?u™C�i¨_r¨—¥Ö0Ï×%Ì“g U²�J?ã�,–5dI¦±VĞa^ ]è1ß…ïÌ÷aÀ#H¸‚1\¸f¡1<Àf ™à °„á RXA9ô „ jXÃ3VŸÃæ¾É3›æ³$[˜ìÚÕTg5óü ¢¸øj‚a¢e\�uıÁ&‰ÎŸ›Ä`cR:L„´ÉØ4Mæ”Q“Ü´‰%†£{ÂØg'#_cÜèÁ ÆÛ^cj]L)Å”¿o+n«üºÚFÜòy/*æÀy�Õ�N¾¹k¹\±–âˆC]è9÷fòeš·ôB�¤ô †ü§÷ñåK‰Àò�Üê�Ø•s« 4ëH§¹©gléí¬›û¾ÁO¼ª Mâo#)�í8%a�=hôí<·+0$µ7Óx¾ÿ¥^w…œ Æ5v»±mñI8'|#^f­L£föx±¡·�XÇo’ÃukyˆØS©w\®G¸m ÷�Èı‰óßį<¯Ş�ßË>2ÿí+B#- ÿf½c ı�ø°l$²Aı茽޲™Áµlô5?Üâi²\ÅåÓG›ÿ0êÃu/4ô6E^ÖoŠ=y/ÏÎ`„½T¯V8½-ãyŸ¦ÊĹ·ä&Ñ/8Lb7J?:üFıʯßÎÃhĞ5SßY]®ñ“2Î*Ó ¦¯Ö¦_æëÂEm<$‹şáAš¤Åg~|��Æ»•»3õ_ àM endstream endobj 249 0 obj <>stream hŞœ’½N1„_eßàöÇ¿R”†’&ŠèE$Nˆ o�s3G Ê57ºµıͮǮET\«´2¤‰õ>´KX7•äãßLrëæRª ©½Èn7ݽ½]¤Øtÿú|~¼rT�Ú¡5ªSãªOÓÃ÷Çstream hŞ220Q0P020b}¿ÒÜâhˆ€�BP¬�P,XßÅÎ À ¹¸ P endstream endobj 251 0 obj <>stream hŞìYkoÛ8ıûì—³ÙKR"%ƒ y´MÚæ1I:�Y¯?(1kkKKn’şú=—’lÙQÒd¦À~YŠ(¾yÏ=‡—ŒŠ"!…Šb¡c¡b+ŒÅ+Ú"7–"2o©È e|­n˜&r”ß8�M¸•¡2‰#›n`‚ �%J Ÿ$@£ª„GVè> …‰4š'FX­0z·¡ä:1¾U‚„ …– ô¡e ¬Ñ E £�#‘ÀĵD�ÕFè0¹;7:°æ3L<>5ì/‹|ÙÏ?Ó~v}íæ.¿rå ĞTÎÒ+'BI³™w]‰ĞÒÌͳb„AiGؘöE¤é@D‰XÓ™ˆCºID)] %%�ÈáĞ �)C*¢/4¡)åTĞöiN%U´@:¡[¡´¢{¡BE,ŠÊ�.'<òòc�İŒ+‡u�ÿÒÅıÌÑ›üªeùÍö6Ö²S^¹¼61´—Îœofm@{ãt~îªWTİÍbè=f›c†~Å4#‡9�1Ç3-誘NSÌñ’˜çø~6v9İS5�;G{Xàú@·ô*r·²íÒ9Öß~–tMoè-�ÑWº S:¢on^Ğu±˜ÓuöÕQé¾¢ß+:¦2»£�ô‰öé3Ÿ0Õ|4MË«Å$Ã~-´C4]PÎ9¿Ğ;ú�NèWr,Ò LãÊ*C»r’–cúıFwèšÕ½Í&‹òßãų�(�"U¦ù¨6i NÜÒàôí5í»Úš[ZYz;IoJÿx[äÕînq7ع¸H$�e‹}ÑÛlâÀ “°{ùœãtêèèôøäèıOÙÔ•Çîö¬˜¦ùéùÑVé$»ÚáÁ…¤óÊMÅÛ#Ë�yólVsú­�3ãgb][Ø©‡ú`-×옯9 ] Ü °bßı hfğˆÆe¦‹Àÿ¥ƒ·ËGlìI æ®|í@µí?61Ş/á÷ğŠ‰+KŸ;Ír.òŞuÜ€}—Ù‡Gyoñ~þöNä]g‘gjßèÚ…zá ;h‹­@F,’9­÷ ö¡ìïZ3üõ°=².LDá˜<�jû64»€å¡$À&gÛ¯lz0¦ mó]ׂé»Ä™é5Ñ> >¶[�À-(ó®ƒØì{ïÙæMúœúÒPæ3¨{¶~ƒ‘Oà Œ”7ş/ O½İo`ªAzOŸzmŸØ�ñä1¾ ÁJê`ÍøV÷ÿ`“-[µá7H³¥Ì3i£=»ié¸J=ÈaÂÿ¨û_J«ß:ı³yY1n­¬Æñ»&×ù˜6UX­Ï—ω'¦è¢ø”CŒFØ°såå„és6ªÆå@ìÊد{Ø|}ùßk÷’Ç*µúÆf½V¾ù�'î™SÛ‡AĞğÒñ øÉO›y·îäë¦çëfNmYÛ.@XÂ�nÚù9ÙhÙîGÙª]c»Nà3|&íkÖ®©q£ ı �… T~¾×çàíÜŸ‚ù“ Ù^ñû *±%ØóWÑB/GÉ<Ÿ£ª‡£OÒç,íaf¿öv(©6(ÙÃH¹ÁHÄk�2ÒDıŒ4ØİC„ãø‡zÍ÷�ç(A«†Ãå¦~ûî2b“İtË&LnXÃ,[S† Uಌk¢e·çô£mŸx˜©­´o^sW Z†ë õX*ÛiC –s”òÅÊô½ùşhuùKÊ&µuÏ8zŵA[H‰ŞÓO'üaPGp>°è‹Âx�qÌPÇË ø7ñC-ƒ&®ÃBae úà�B»şpEop2Eó*v,bI§ş�…¸§=c!øÁ A�?_!RyÖé*špõ»-Å2(í;g­KÕ‘JÛ j’ïäe¶ü~:”ˆ7„KëMáêÖ­@pšK9Íoı„8tŸÍØ?, á=©™Lx¸vş–ğtë¶oß?‹ƒæ¨/ö3äïõÑÚYt©¯7‚ ıD „ íÜZ’¢lØfß!íO¢l Ûç¡ÊØÛ  ¬x#[¡ÙŠıKñìZ­î¥¶‰¬‘�eºhµµÈ�´¯É<Û¼©·&óMYÂRؤ9¿‹ï_•vù@ؽ8w¼ ^Û�ú=ä×:Ó6¼7Zùs äC?;}×:í“Q'ÈIÔ÷ÏÉf”™{üÜü¹sÇÿŸÿÁî-åÚY¢{’�›çˆzc[Eù²ï Ĭ_�h»á‡"ü'İôe÷ ½×¬«-ùÁ.Ûwk+¤½µ]’i/�^γS;J«ñÖá«Ïªû­ƒÆ£DÅrÀ·ÏÜz%ç�Ê]Æt±IÜ“½÷oZ’ö÷ÏïK,ÿ0¿.Pıd>BX”ß¼j»Mgî&+«ùı«�Qqé^c´Ùl⦨ímÚÿÌRò!µë+…vnˆklL‘>‚�Örh”„ ޱ˜Ğ±ß˜AÄC[ş@ĺę(Dš³90‰æ„DÒ™„C�H9°�AB©�1,İ�v¾Œ×¯¹ BA‰XB¸ÚÆè1ÑÁ ÑØ´ÿ°ÓI AÂøˆ�Ùa ¥X«9ùz�T&q9!ߪÆø@ŸÖp=£�Aıi„ „¸\”p"4£¤! ><ÆXnƒ%Z+‡AˆåE*†Öâ`çeÖÏìF{LA[Gb+âEAÔ9IGª=I¯hÖèş:µ¢Mjõ9ÒCBˆ°=7#h~êz˘ Ÿ3¡¨�Á�ü$y¼PŠ$~¤P!°Ö�•ñíAhZ¢~Õ|á8vŸ§yéW÷õRŞÍ‹ÅÌ[şY•NNÅu:)GBÑùNÓèHÈJ–4Oj¹«Ş�Wi娘ÕM¶·ÿ+À Y3® endstream endobj 252 0 obj <>stream hŞd�= ƒ0€¯’Í„‚¾¤‰Ö"‚ÔUèPpq±&Ò€øÊ3Ò[õŒÍPºtÿ~”ÔXUeÍH¼™‰ìBn×v�·gòJ–Ò­ó @ò¥¢Óù‰pÃ9¼Y�dYÄs‘uhÿu£ŠŸ~%´{ÜÅ'á}¬õ[ğË∕)¤ÀŞûÕâk„Èn>,�›ØÒòJ¥O;‹ºş0 ܵ7ƒ endstream endobj 253 0 obj <>stream hŞ221W0P°±ÑwÎ/Í+Q0Ğ©,HÕ÷/-ÉÉÌK-¶³0 �{ İ endstream endobj 254 0 obj <>stream hŞì[Ûn7ı~�Å^†�[~(jX~(�ê,‚qdÈ*àş}W«D®%ÅÒJ»¤¬™ëÉsv.¼1‰ÒŠ”Õ¤œ‰**"'ŠX‘3xeEyņñ9…¢ÑÁ*fe¬ÕŠ­2AGÅ^Yòx”uV ¤lDeÃʱ$a弃°W^³A%å­vè€òâÑVBÖ(k•8¼„ ‰Ş ² IÎ9”:ô”�Q�Uôx‰&IkGÊc

Sebelum seseorang dapat menjadi operator mesin bubut CNC yang baik dan handal, maka seorang operator haruslah memahami terlebih dahulu parameter-parameter  proses pembubutan secara manual. Diantara parameter-parameter  proses tersebut salah satunya adalah cara menentukan putaran benda kerja.

Cara Mengatur Putaran Benda Kerja

Untuk lebih jelasnya, mari kita baca penjelasan pada ilustrasi  dibawah ini yang menjelaskan hubungan putaran benda kerja, kecepatan potong dan tatal yang terbentuk sebagai berikut :

Jika benda kerja dengan garis tengah D1 membuat 1 putaran tiap menit; maka panjang tatal ( beram) yang terpotong ( tersayat) dalam 1 menit adalah d x π = keliling.

Jika benda kerja berputar lebih dari 1 putaran dalam 1 menit, misalnya n putaran; maka panjang tatal yang terpotong dalam 1 menit = d x π x n.

Panjang tatal ini diukur dalam satuan meter tiap menit dan dinamakan dengan kecepatan potong (V).

– Makin besar garis tengah benda kerja maka makin panjang perbandingan tatal yang terbentuk. Dengan demikian, kecepatan potong itu dipengaruhi langsung oleh besarnya garis tengah benda kerja dan banyaknya putaran tiap menit atau RPM.

– Kecepatan potong dalam proses pembubutan dinyatakan dalam satuan meter/menit. Oleh karena itu kita harus membaginya dengan 1000 untuk memperoleh satuan meter.

Berikut rumus tetapan yang adpaat kit agunakan untuk menentukan putaran benda kerja pada mesin bubut CNC:

V ( dalam meter/menit) = d ( dalam mm ) x π x n ( RPM ) / 1000

n = 1000 x V / d x π   dalam RPM

Perlu kita ingat, untuk mengerjakan benda kerja di mesin, tidak hanya kecepatan potong saja yang mempengaruhi benda kerja. Akan tetapi juga kecepatan pemakan, kedalaman pemakan dan susut-sudut pahatnya harus tepat untuk bahan yang dikerjakan , serta proses pendinginannya.

Anda dapat menghubungi kami apabila membutuhkan jasa Pemesinan Milling CNC untuk pembuatan spare part . Sentra Teknika Prima menjadi penyedia jasa manufaktur untuk pemesinan CNC; dan Fabrikasi sejak 2003 dan memiliki tim dengan pengalaman di berbagai bidang industri. Kami selalu mengutamakan kepuasan pelanggan dengan cara menjalin komunikasi yang baik, bersikap jujur, dan terbuka demi kelancaran dan keberkahan pekerjaan. Kami juga menjalin hubungan baik dengan beberapa distributor perangkat otomasi. Hal ini menjamin pengadaan material beserta support teknis menjadi lebih mudah diakses.

Segera hubungi kami untuk mengkonsultasikan masalah Pembuatan spare part Custom, Jig, Fixture dan fabrikasi  industri Anda. Kami siap membantu mulai dari tahap konsultasi, perencanaan, planning dan juga hasil akhir. Apabila terjadi kendala sewaktu-waktu Anda bisa menghubungi kami untuk melenyapkan rasa khawatir Anda.

Tiga parameter utama pada setiap proses bubut adalah kecepatan putar spindel (speed), gerak makan (feed), dan kedalaman potong (depth of cut). Faktor yang lain seperti bahan benda kerja dan jenis pahat sebenarnya juga memiliki pengaruh yang cukup besar, tetapi tiga parameter di atas adalah bagian yang bisa diatur oleh operator langsung pada mesin bubut.

Yang dimaksud dengan Kecepatan potong (Cs) adalah kemampuan alat potong menyayat bahan dengan aman. kecepatan potong akan menghasilkan tatal dalam satuan panjang/waktu (meter/menit atau feet/menit). Pada mesin bubut, Kecepatan potongnya (Cs) adalah keliling lingkaran benda kerja (phi.d) dikalikan dengan putaran (n)

Cs  = Kecepatan potong

Phi  = Nilai konstanta (3,14)

d     = Diameter alat potong

n     = Putaran mesin/benda kerja (putaran/menit – Rpm)

Kecepatan pemotongan suatu material tidak dapat dihitung secara matematis. Karena setiap material memiliki kecepatan potong sendiri-sendiri. Kecepatan potong dapat berdasarkan karakteristiknya. Nilai kecepatan potong dari setiap material dapat kita lihat didalam table di bawah ini.